
Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia yang dipilah dan dikelompokkan sesuai dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Asli dalam silat Perisai Diri juga digali dari aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi). Dengan kreativitas Pak Dirdjo, gerakan maupun implementasinya sudah dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat. Teknik Asli dalam silat Perisai Diri di antaranya yaitu :
- Burung Meliwis
- Burung Kuntul
- Burung Garuda
- Harimau
- Naga
- Satria
- Pendeta
- Putri
Selain teknik tersebut di atas, ada
beberapa teknik yang menjadi kekayaan teknik silat Perisai Diri, di
antaranya yaitu Kuda Kuningan, Lingsang, Satria Hutan dan Kera, serta
beberapa teknik dari beberapa daerah di Indonesia, di antaranya yaitu
Minangkabau, Jawa Timuran, Cimande, Bawean dan Betawen.
Teknik Burung Meliwis
Burung Meliwis memiliki ciri khas
tersendiri dalam bergerak, yaitu bergerak dengan ringan dan cepat.
Tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk melatih kecepatan,
keringanan tubuh dan membiasakan diri menapak dengan ujung kaki. Dengan
mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan sendirinya akan melatih
otot-otot kaki, betis dan pinggul.
Meliwis menggunakan ujung-ujung jari
untuk menyerang lawan. Oleh karena itu, ia hanya akan menyerang
bagian-bagian yang sangat lemah seperti mata dan leher. Saat menyerang,
Meliwis melontarkan tangannya dengan cepat ke arah lawan dan akan
kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga mempersulit lawan untuk
menolak.
Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga
menggunakan pergelangan tangannya untuk menyerang bagian-bagian seperti
leher dan dagu. Teknik ini juga menggunakan pergelangan tangan bagian
dalam untuk menolak dengan cara mengalihkan arah serangan lawan.
Teknik Burung Kuntul
Setelah mempelajari teknik Meliwis,
pesilat akan menerima pelajaran teknik berikutnya, Burung Kuntul. Bila
saat berlatih Meliwis, pesilat diajarkan untuk bergerak ringan, kini
pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga saat bergerak ringan.
Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul
tidak hanya menyerang bagian lemah, tetapi juga bagian lain seperti
lutut. Teknik ini memiliki satu macam tendangan yang digunakan untuk
merusak lutut lawan.
Pada saat menyerang, sifat serangan
Kuntul adalah memecut. Serangan dilontarkan sangat cepat dari badan ke
arah sasaran dan dengan sendirinya kembali ke arah badan dengan
kecepatan yang sama. Namun pola serangan Kuntul tidak pernah lurus
kedepan seperti teknik beladiri pada umumnya. Serangan Kuntul selalu
mengarah ke samping.
Untuk menyerang depan, maka Kuntul akan
memposisikan dirinya sedemikian rupa, sehingga lawan menjadi berada di
samping saat serangan mencapai target.
Teknik Burung Garuda
Garuda adalah simbol burung terkuat di
antara jenis burung lainnya. Oleh karena itu, dibandingkan dengan teknik
burung sebelumnya, Garuda memiliki kemampuan bertarung yang paling
tinggi.
Saat berlatih teknik Garuda, pesilat
akan dikenalkan bagaimana cara menggunakan perubahan badan sebagai
tenaga tambahan saat menyerang atau menolak. Karena kemampuannya dalam
menggunakan badan inilah, tenaga yang dimiliki oleh teknik Garuda
menjadi lebih besar dibandingkan dengan Meliwis dan Kuntul.
Garuda menggunakan sisi tangan dan
sikunya sebagai perlengkapan dalam menyerang dan menolak. Teknik ini
selalu mengembangkan kelima jarinya selebar mungkin untuk memperkuat
otot tangan bagian samping.
Target serangan Garuda sering ke arah
leher. Dengan menggunakan sikunya, Garuda akan menotok bagian leher dan
mengiris leher tersebut dengan sisi luar tangan, untuk merusak tulang
leher lawan sekaligus merobek kulit lawan. Tidak hanya leher, Garuda
juga dapat menyerang ke bagian tengah di antara dua alis mata lawan dan
mengirisnya ke sepanjang garis mata.
Dalam jarak yang sangat rapat, Garuda
memanfaatkan sikunya ke bagian lemah lawan ataupun memanfaatkan tumitnya
untuk melakukan tendangan jarak pendek ke arah kemaluan lawan.
Untuk melindungi diri dari serangan
lawan, Garuda memanfaatkan kaki untuk menolak bagian bawah dan tangan
untuk bagian tengah dan atas.
Teknik Harimau
Dibandingkan dengan Garuda, teknik
Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik itu tenaga, kecepatan,
keuletan, keganasan dan fleksibilitas gerakan.
Teknik ini di adaptasi dari karakter
hewan aslinya yang disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia. Kemampuan
Harimau lebih baik dibanding Garuda karena teknik ini sudah menggunakan
perputaran badan untuk meningkatkan kecepatan dan tenaga.
Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik
itu merendah, sedang ataupun tinggi. Pada saat posisi merendah, teknik
ini akan melebarkan kuda-kuda agar lebih merendah ke tanah dan akan
menyerang ke daerah bawah dari lawan, dilanjutkan dengan menggulung
untuk menjauhkan diri dari lawan. Pada saat posisi tinggi, teknik ini
akan mengincar daerah atas seperti dada dan kepala. Teknik inipun kadang
menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala.
Saat menyerang, Harimau menggunakan
perlengkapan seperti cakar, telapak tangan, lutut, tumit dan telapak
kaki. Saat menolak, teknik ini akan menggunakan perlengkapannya seperti
kaki, tangan dan juga cakarnya. Target sasaran yang menjadi sasaran
serangan antara lain mata, muka, telinga, leher, dada, pergelangan
badan, kemaluan, lutut dan kulit.
Teknik Naga
Naga dilambangkan sebagai binatang
terkuat di jajaran teknik silat Perisai Diri. Oleh karena itu, Naga
diberikan pada jenjang teknik hewan terakhir di Perisai Diri. Keunikan
dari teknik Naga terdapat pada cara langkahnya yang selalu mengandung
putaran. Hal ini dilakukan untuk menuju poros tengah lawan saat
menghindar, memapas ataupun menyerang. Tenaga yang dikeluarkan pun lebih
besar dibanding teknik sebelumnya karena teknik ini telah menyatukan
kemampuan perputaran badan dan perpindahan berat badan sebagai tambahan
tenaganya.
Ditambah lagi, pesilat yang menerima
teknik ini adalah mereka yang telah menduduki tingkatan Asisten Pelatih.
Di tingkat ini, mereka mendapatkan pelajaran Pernapasan Tahap 1, yang
akan berfokus untuk meningkatkan tenaga. Oleh karena itu, teknik Naga
pun akan semakin kuat lagi karena para Asisten Pelatih mengkombinasikan
teknik dan pernapasan ke dalam aplikasinya.
Saat menyerang, teknik Naga akan merusak
persendian leher, paha dan tangan. Daerah lemah seperti dagu dan
kemaluan juga bisa menjadi sasaran serangan apabila daerah tersebut
terbuka.
Teknik Satria
Setelah mempelajari teknik hewan, di
tingkat ini pesilat akan mulai mempelajari teknik manusia. Teknik yang
pertama dipelajari adalah Satria. Pada tingkat ini, pesilat dianggap
telah mampu menerapkan seluruh kemampuan dari teknik hewan pada
tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu teknik manusia, Satria
akan mulai meninggalkan karakter kehewananannya, seperti liar, buas dan
brutal. Satria akan berfikir tepat sebelum bertindak dan melaksanakan
geraknya dengan penuh percaya diri.
Bersamaan dengan penerimaan pelajaran
teknik ini, seorang pesilat juga menerima pelajaran Pernapasan Tahap 2,
yang difokuskan untuk meledakkan tenaga.
Karena kemampuan dari dua tahap
Pernapasan tersebut, sifat teknik Satria menjadi penuh dengan rasa
percaya diri. Ketika serangan datang, Satria akan menolak, memapas dan
merusak perlengkapan serangan lawan dengan memukul titik persendian.
Saat bergerak, teknik ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang rumit
seperti pada teknik Harimau dan Naga.
Teknik Pendeta
Dalam Bahasa Jawa, pandito artinya
adalah orang yang selalu memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang
lain. Karakter ini pun terbawa ke dalam teknik itu sendiri. Teknik ini
tidak menunjukan kebrutalan dan juga tidak banyak merusak ataupun
menghancurkan persendian lawan.
Walaupun kemampuan seorang pesilat yang
mempelajari Pendeta tetap memiliki kemampuan seluruh teknik di bawahnya,
namun teknik asli ini sendiri tidak akan merusak bila tidak diperlukan.
Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun
jauh lebih sederhana. Serangannya hanya berpola lurus, dengan jarak
yang dekat. Serangan yang dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran
badan, atau dikenal dengan istilah Gizoboge.
Perlengkapan yang digunakan saat
menyerang adalah kepalan tangan, sisi samping badan, kepala dan tumit.
Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal. Sasaran serangan umumnya
adalah ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian persendian.
Teknik Putri
Teknik Putri adalah teknik tertinggi di
Perisai Diri. Karakter dari teknik ini bisa berubah-ubah. Terkadang
lembut, namun tiba-tiba berubah menjadi sangat cepat dan keras, kemudian
lembut kembali. Putri menggabungkan seluruh kemampuan yang ada pada
teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan kemampuan fleksibilitas gerak
yang tidak baku seperti teknik lain. Tenaga yang digunakan bersifat
kosong isi. Istilah ini berarti bahwa Putri akan selalu kosong tidak
bertenaga, namun di dalam kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar
saat terjadi sentuhan dengan lawan.
Putri seringkali melakukan dua macam
tindakan dalam satu gerakan. Baik itu menyerang sambil menghindar
ataupun menyerang sambil menolak. Teknik inipun sering memanfaatkan
tenaga lawan untuk menyerang, sehingga tenaga yang ia keluarkan semakin
sedikit. Gizoboge (perputaran badan) selalu diaplikasikan dalam
tekniknya ditambah dengan Pernafasan Tahap 3 yang selalu mengiringi
geraknya. Serangannya bersifat gelap, yang artinya sulit untuk dilihat
lawan.
Putri biasanya hanya bereaksi terhadap serangan lawan. Ia tidak berinisiatif melakukan serangan terlebih dahulu.
Terlepas apakah Anda
sudah menemukannya atau belum, maka perlu di pertimbangkan lagi, apakah
konsep jati diri kita sudah betul tidak? Jika salah, bahaya! Sebab semua
tindakan kita akan berdasar pada konsep jati diri kita. Jika salah,
maka tindakan dan perilaku kita akan salah. Kita bisa celaka, baik di
dunia dan di akhirat.
Sumber: http://www.motivasi-islami.com/konsep-jati-diri-dalam-islam/
Sumber: http://www.motivasi-islami.com/konsep-jati-diri-dalam-islam/
Terlepas apakah Anda
sudah menemukannya atau belum, maka perlu di pertimbangkan lagi, apakah
konsep jati diri kita sudah betul tidak? Jika salah, bahaya! Sebab semua
tindakan kita akan berdasar pada konsep jati diri kita. Jika salah,
maka tindakan dan perilaku kita akan salah. Kita bisa celaka, baik di
dunia dan di akhirat.
Sumber: http://www.motivasi-islami.com/konsep-jati-diri-dalam-islam/
Sumber: http://www.motivasi-islami.com/konsep-jati-diri-dalam-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
-------------------------- attention !!-----------------------------------------
* berkomentarlah dengan sopan
* tidak mengirim link aktif di blog ini
* apabila mengopy isi harap cantumkan sumber.